Jumat, 18 Maret 2016

SEJARAH GEOLOGI


Pendahuluan
Menurut ajaran agama apapun, dinyatakan bahwa alam semesta termasuk bumi seisinya diciptakan oleh Tuhan atas kuasa Nya. Namun demikian juga ternyata bahwa pada semua ciptaan Nya itu Tuhan juga menciptakan atau menyediakan hukum-hukum alam dari yang sangat sederhana sampai yang sangat komplek. Sementara itu manusia yang oleh Tuhan dibekali dengan akal (rasio) secara sangat lamban dan berangsur-angsur berhasil mengungkapkan rahasia hukum-hukum alam, yang sebagian direkayasa untuk kepentingan atau mendukung kehidupan manusia agar menjadi lebih nyaman dan sejahtera. Dalam hubungannya dengan hal ini, disamping ingin mengetahui sejarah dirinya sendiri, manusia juga ingin mengetahui sejarah alam semesta, yang salah satunya adalah sejarah geologi.
Dari hasil penelitiannya melalui pengumpulan bukti-bukti peninggalan masa lalu, dan dengan analisa secara kritis dan ilmiah, secara perlahan-lahan manusia mulai berhasil membuka rahasia sejarah bumi, yang untuk sebagian bertolak belakang dengan yang diterangkan dalam agama (Kristen). Namun demikian hal itu bukan berarti semua apa yang diajarkan oleh agama mengenai sejarah (penciptaan) bumi dan alam semesta itu salah, akan tetapi barangkali perlu pemahaman baru (reinterpretasi) mengenai berbagai hal yang bersifat material dan yang secara perlahan-lahan bisa dipehami secara rasional.
Demikianlah menurut sejarah geologi bahwa bumi seisinya tercipta melalui jalan evolusi milyaran tahun lamanya dari yang sangat sederhana (primitif atau purba) menjadi seperti yang disaksikan manusia sekarang ini. Bahkan dengan menggunakan tehnologi, manusia bisa mendeteksi dan akhirnya memanfaatkan benda-benda mineral hasil evolusi untuk kepentingan umat manusia sepeti minyak, gas, batubara dan sebagainya. Di Indonesia penelitian mengenai sejarah bumi telah dilakukan sejak jaman penjajahan Belanda, dengan berbagai penemuan fosil-fosil bebatuan, tanah, tumbuh-tumbuhan, binatan dan juga manusia yang disimpan di bebagai museum.

Sejarah Bumi
Para ahli geologi mempunyai hipotesa bahwa bumi kita telah terbentuk sekitar sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu bersamaan dengan planet-planet lain yang membentuk tatasurya dengan matahari sebagai pusatnya. Menurut teori kabut (Nebula) pembentukan sistem tata surya itu berlangsung dalam tiga tahap:
a. Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar
b. Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
c. Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari
Sementara itu sejarah kehidupan di bumi baru dengan berbagai makhluk hidupnya diperkirakan terjadi pada 3.500.000.000 tahun lalu dengan munculnya micro-organisma sederhana yaitu bakteri dan ganggang. Kemudian pada 1.000.000.000 tahun lalu baru muncul organisme bersel banyak. Baru pada sekitar 540.000.000 tahun yang lalu kehidupan di bumi yang semakin komplek secara bertahap mulai berevousi. Perkembangan tumbuhan diawali oleh Pteridofita (tumbuhan paku), Gimnosperma (tumbuhan berujung) dan terakhir Angiosperma (tumbuhan berbunga). Sedangkan perkembangan hewan dimulai dari invertebrata, ikan, amfibia, reptilia, burung dan terakhir mamalia, kemudian terakhir kali muncul manusia.
Mengenai sejarah perkembangan planet bumi kita ini, oleh para ahli sejarah dibagi menjadi 13 zaman secara berurutan yaitu sebagai berikut:

1. Zaman Arkeozoikum (4,5 – 2,5 milyar tahun)
Arkeozoikum zaman kehidupan purba, dan merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Batuan masa ini ditemukan di beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton/perisai benua. Batuan tertua tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga merupakan awal terbentuknya Indrorfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitif di dalam samudera berupa mikro-organisma (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur kira-kira 3.500.000.000 tahun

2. Zaman Proterozoikum (2,5 milyar - 290 juta tahun lalu)
Zaman Proterozoikum bisa diartikan sebagai masa kehidupan awal merupakan awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada zaman ini kehidupan mulai berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes). Bahkan pada menjelang masa akhir zaman ini telah telah berkembang organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-ubur, cacing dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama.
3. Zaman Kambrium (590-500 juta tahun lalu)
Kambrium berasal dari kata “Cambria” nama latin untuk daerah Wales, dimana batuan berumur kambrium pertama kali ditemukan dan dipelajari. Pada zaman ini sudah banyak bermunculan hewaninvertebrata yang hidup di lautan. Hewan-hewan zaman ini juga sudah mempunyai kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung. Beberapa jenis fosil yang telah ditemukan adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda (Trilobit)
Sebuah daratan yang disebut Gondwana (benua kuna) merupakan cikal bakal Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang terpisah.

4. Zaman Ordovisium (500 - 440 juta tahun lalu)
Ciri kehidupan yang muncul pada Zaman Ordovisium ikan tanpa rahang (hewan bertulang belakang paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul pertama kali seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona.
Meluapnya Samudra dari Zaman Es merupakan bagian peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di antaranya

5. Zaman Silur (440 - 410 juta tahun lalu)
Zaman silur merupakan masa transisi kemunculan kehidupan dari air ke darat. Tumbuhan darat yang pertama kali muncul terutama adalah Pteridofita (tumbuhan paku), sedangkan Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup berburu di dalam laut. Ikan berahang mulai muncul pada zaman ini dan banyak ikan mempunyai perisai tulang sebagai pelindung. Selama zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi Skandinavia, Skotlandia dan Pantai Amerika Utara

6. Zaman Devon (410-360 juta tahun lalu)
Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam lautan. Pada zaman ini transisi kehidupan hewan-hewan yang berpindah dari lautan ke ke daratan masih terus berlanjut, sementarahewan Amfibi berkembang dan beranjak menuju daratan. Disamping itu tumbuhan darat semakin berkembang dengan pesatnya dan hewan serangga muncul untuk pertama kalinya. Sementara itu samudera menyempit sementara, sedangkan benua Gondwana menutupi Eropa, Amerika Utara dan Tanah Hijau.

7. Zaman Karbon (360 - 290 juta tahun lalu)
Pada zaman ini reptilia muncul untuk pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar air, sementara serangga raksasa mulai bermunculan dan binatang ampibi semakin meningkat dalam jumlahnya. Pepohonan juga mulai bermunculan, demikian juga tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-rawa yang sekarang ini telah membatu menjadi batubara. Sementara itu benua-benua di muka bumi menyatu membentuk satu masa daratan yang disebut Pangea, dan mengalami perubahan lingkungan yang menghasilkan berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara, iklim tropis menghasilkan rawa-rawa secara besar-besaran dengan berbagai tumbuhan yang sekarang ini tersimpan membatu menjadi batubara.

8. Zaman Perm (290 -250 juta tahun lalu)
“Perm” adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia. Pada zaman ini hewan reptilia berkembang pesat, munculk berbagai jenis serangga (modern) , tumbuhan konifer dan Grikgo primitif. Namun demikian pada zaman ini hewan ampibi menjadi kurang begitu berperan, dan terjadi kepunahan micsa, koral dan ikan dalam skala besar, Tribolit.
Sementara itu benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai terbentuk di bagian utara bumi.

9. Zaman Trias (250-210 juta tahun lalu)
Pada zaman ini mulai bermunculan hewan Dinosaurus dan reptilia laut . Reptilia laut itu menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont mulai berkembang. Demikian juga Mamalia pertamapun mulai muncul zaman ini. Beberapa jenis reptilia yang hidup di air antara lain termasuk penyu dan kura-kura. Jenis tumbuhan yang berkembang pesat adalah tumbuhan sikada yang mirip dengan pohon palem.
Sementara itu Benua Pangea bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pangea.

10. Zaman Jura (210-140 juta tahun lalu)
Pada zaman ini hewan reptilia berkembang pesat, akan tetapi hewan-hewan raksasa Dinosaurus lah menguasai daratan, sedangkan Ichtiyosaurus berburu di dalam lautan dan Pterosaurus merajai angkasa. Banyak dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa. Burung sejati pertama (Archeopterya) berevolusi dan banyak jenis buaya berkembang. Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika sedangkan Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan Australia.

11. Zaman Kapur (140-65 juta tahun lalu)
Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini. Mamalia berari-ari muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini Dinosaurus, Ichtiyosaurus, Pterosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit secara operlahan-lahan punah, sedangkan hewan mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembangdengan berbagai bentuknya. Iklim sedang mulai muncul, sedangkan India terlepas jauh dari Afrika menuju Asia

12. Zaman Tersier (65 - 1,7 juta tahun lalu)
Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan baru yaitu munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman Tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar, tumbuhan merambat dan rumput. Selanjutnya antara zaman Tersier dan Kuarter, terjadi pkemunculan dan kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global

13. Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu - sekarang)
Zaman Kuarter terdiri dari kala (masa) Plestosen dan Holosen. Kala Plestosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Sementara masa Holosen yang menyusulnya kemudian masih berlangsung sampai sekarang. Pada kala Plestosen paling sedikit terjadi 5 kali zaman es (zaman glasial). Pada zaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan Asia bagian utara tertutup es, demikian juga untuk sebagian pegunungan Alpen, pegunungan Cherpatia dan pegunungan Himalaya Di antara 4 zaman es ini terdapat zaman Intra Glasial, yaitu munculnya iklim bumi lebih hangat. Di Jawa fosil manusia purba (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus erectus) muncul pada masa Plestosen, sementara manusia Modern yang mempunyai peradaban baru muncul pada Kala Holosen. Flora dan fauna yang hidup pada kala Plestosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang


Bumi Indonesia
Dalam perjalanan evolusinya, bentuk permukaan bumi selalu berubah-ubah. Hal itu disebabkan oleh berbagai peristiwa alam seperti gerakan pengankatan (orogenesa), gerakan pengikisan (erosi), dan kegiatan gunung api. Orogenesa mengakibatkan munculnya daratan-daratan baru yang berupa lapisan-lapisan tanah terlipat, miring, berbukit-bukit, atau kerut-kerut. Sementara erosi yang disebabkan oleh hujan, aliran sungai, hembusan angin, dan gletser bisa mengikis tanah daratan dan pegunungan-pegunungan yang sudah ada. Kekuatan alam semacam itu menggerakkan atau memindahkan berbagai macam batuan, kerikil, pasir, lumpur atau debu dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah. Sementara letusan gunung berapi bisa menyemburkan bebatuan, kerikil, lahar, laba dan abu ke daerah-daerah sekitarnya baik ke daratan rendah maupun laut.
Pulau-pulau di Indonesia diperkirakan terbentuk pada zaman Tersier (65 - 1,7 juta tahun lalu), yang terbagi-bagi lagi menjadi zaman Miosen (12 juta tahun sebelum masehi); Palaeosen ( 70 juta tahun sebelum masehi); Eosen (30 juta tahun sebelum masehi); Oligasen (25 juta tahun sebelum masehi) dan selanjutnya. Namun demikian secara fisik kepulauan di Indonesia pada kala itu masih labil, sebagai akibat gerakan-gerakan bumi yaitu orogenesa (gerakan pengangkatan dan penurunan, aktivitas gunung berapi, gempa bumi, erosi oleh aliran sungai, angin, hujan dan sebagainya. Orogenesa ini pada suatu saat , yaitu zaman tersier, mengakibatkan sebagian wilayah Indonesia diselimuti oleh laut
Kemudian pada akhir zaman tersier terjadi lagi orogenesa yang mengakibatkan munculnya daratan-daratan baru di Indonesia, yang semula tertutup laut. Disamping itu pada akhir jaman tersier juga terjadi kegiatan vulkanisme besar yang memuntahkan bebatuan, lava dan pasir yang mengisi bagian-bagian rendah (laut) di sekitarnya sehinga menambah luasnya daratan-daratan yang sudah ada. Sehubungan dengan datangnya orang-orang dari tanah daratan Asia maka kepulauan Indonesia diperkirakan sudah ada pada zaman Plestosen (4 juta tahun sebelum masehi). Pulau-pulau terbentuk sepanjang garis yang berpengaruh kuat antara perubahan lempengan tektonik Australia dan Pasifik. Lempengan Australia berubah lambat naik kedalam jalan kecil lempeng Pasifik, yang bergerak ke selatan, dan antara garis-garis ini terbentanglah pulau-pulau Indonesia
Situasi lingkungan fisik pada kala plestosen bentuk muka bumi masih labil atau berubah-ubah sebagai akibat adanya gerakan endogen, eksogen maupun oleh perubahan iklim. Akan tetapi hewan dan tunbuh-tumbuhan sudah hidup merata di hampir seluruh muka bumi, sedangkan indikasi keberadaan manusia baru di ketahui mendiami beberapa daerah seperti di Afrika, Eropa dan Asia. Demikian juga di Indonesia pada kala itu, yaitu terjadinya perubahan perubahan baik dari daratan menjadi lautan atau sebaliknya, sebagai akibat gerakan pengangkatan dan penurunan (orogenesa). Pada kala Plestosen Jawa, Sumatra dan Kalimantan masih menyatu (bergandengan) dengan daratan Asia Tenggara, sedangkan untuk pulau-pulau lainnya di bagian Timur masih menyatu dengan daratan Australia. Sesudah berakhirnya zaman glasial yang disebabkan oleh naiknya suhu bumi, dan berakibat mencairnya daratan-daratan es, maka terjadilah kenaikan permukaan laut yang memisahkan pulau-pulau yang satu dengan yang lain atau dengan benua induknya. Jawa dan Sumatra misalnya terpisah dengan Asia, demikian juga Papua terpisah dengan Australia..
Dengan banyak gungung berapi di Indonesia, membuat wilayah ini sebagai salah satu negara yang paling banyak berubah wilayah geologinya di dunia. Pegunungan-pegunungan yang berada di pulau-pulau Indonesia terdiri lebih dari 400 gunung berapi, dimana 100 diantaranya masih aktif. Indonesia mengalami tiga kali getaran dalam sehari, gempa bumi sedikitnya satu kali dalam sehari dan sedikitnya satu kali letusan gunung berapi dalam setahun.Khusus pulau Jawa yang merupakan pulau vulkanis,kegiatan gunung berapi lebih merupakan faktor utama yang mempengaruhi kontur pulau tersebut, disamping erosi dan orogenesa. Hujan lebat yang terjadi pada kala plestosen menimbulnya banyak sungai-sungai besar, yang mengangkut bebatuan, kerikil pasir, lumpur. Sedimentasi atau pengendapan yang terjadi terus-menerus menimbulkan dataran-dataran rendah atau delta-delta di sekitar gumung-gunung atau daerah-daerah pegunungan.
Dari sisi ilmu geologi arkeologi, erosi yang ditimbulkan oleh sungai-sungai besar ternyata menyediakan lahan penelitian, karena erosi itu ternyata menyingkap lapisan-lapisan tanah pada zaman plestosen. Sebagai contoh, sebagai akibat erosi oleh sungai Bengawan Solo, dapat ditemukan sisa-sisa kehidupan kala plestosen di Jawa, yaitu temuan di Trinil (Ngawi) dan Ngandong (kabupaten Blora). Sewlain bisa menunjukkan sisa-sisa kehidupan purba, erosi oleh sungai-sungai dan hujan juga memberikan petunjuk adanya bermacam-macam lapisan tanah yang terjadi sebagai akibat peristiwa-peristiwa alam di mas lampau. Namun demikian pada sisi lain berbagai material yang dibawa oleh sungai-sungai juga mengakibatkan tertutupnya selat atau rawa yang dangkal. Sebagai contoh kota Semarang bawah dulunya merupakan laut dengan beberapa pulau kecilnya, yang salah satu di antaranya adalah pulau Tirang. Kemudian Jepara dulunya juga terpisah dengan pulau Jawa. Aktivitas vulkanik pada kala plestosen ternyata juga bisa mengakibatkan terbentuknya danau, karena terbendungnya sungai atau laut oleh letusan gunung berapi. Danau juga bisa terjadi dari kawah besar bekas letusan gunung berapi, seperti danau Batur di Bali.
Seperti telah disebutkan di muka bahwa pada kala Plestosen di Jawa telah ditemukan manusia purba yaitu Pithecanthropus erectus pada masa sekitar 500.000 tahun yang lalu, yang menandai zaman prasejarah Indonesia. Fosil manusia Jawa itu ditemukan oleh Eugène Dubois  di Trinil  pada tahun 1891 . Nama Pithecanthropus erectus sendiri berasal dari akar bahasa Yunani  dan latin  dan memiliki artimanusia-kera yang dapat berdiri.Memang menurut para ahli sejarah geologi, bahwa wilayah Indonesia modern muncul kira-kira sekitar masa Pleistocene  (Plestosen). Pada masa itu kepulauan Indonesia masih terhubung dengan Asia  Daratan. Dengan demikian bisa diperkirakan bahwa pemukim pertama wilayah tersebut adalah manusia Jawa . Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es  setelah berakhirnya Zaman Es .

Penutup
Bumi Indonesia dengan segala isinya merupakan bagian dari planet bumi yang tercipta melalui evolusi sejarah sejak milyaran tahun yang lalu. Dari hasil penemuan fosil-fosil yang merupakan sisa-sisa bukti kehidupan masa lalu, menunjukkan bahwa bumi Indonesia dan seisinya bukanlah lebih muda dibandingkan dengan bagian belahan bumi lainnya. Demikian juga manusia purba dan kebudayaan kuna di Indonesia bukan merupakan cabang atau subordinasi dari manusia atau kebudayaan bangsa lain, akan tetapi memang telah berkembang melalui proses evolusi yang sangat lama. Artinya bahwa di masa lalu bangsa atau penduduk yang merupakan nenek moyang bangsa Indonesia itu pada jaman prasejarah dan jaman sejarah prakoloinial bukanlah merupakan bangsa yang tertinggal dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Dapat dikatakan pula bahwa Tuhan tidak menciptakan bumi, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia Indonesia itu lebih rendah daripada yang lain. Akan tetapi yang bisa disaksikan sekarang ini, bangsa Indonesia memang tertinggal baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi serta kesejahteraan masyarakatnya, jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain, khususnya dengan beberapa bangsa Eropa, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan sebaginya. Hal itulah yang sebaiknya menjadi renungan pemegang kekuasaan agar bisa memanfaatkan secara optimal para ilmuwan Indonesia untuk melakukan penelitian-penelitian dan rekayasa ilmuah untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Daftar Pustaka
Bemmelen, R.W., 1941, Geologische Kaart van Java, toelichting bij de bladen 73 (Semarang) en 74 (Ungaran), dienst van de Mijnbouw in Nederlandsch Indie, ,Den Haag: W.P. van Stockum en Zoon.
Bordes, F. The Old stone age. London, World University Library, 1968.
Fairservis, W.A. The Origins of Oriental Civilization (Asal-usul Peradaban Timur). (terjemahan oleh Anwar), Jakarta: P.T. Kinta, tanpa angka tahun.
Heekeren H.R. van, “The Stone Age of Indonesia”, dalam Verhandelingen KITLV, LXI. The Hague: Martinus Nijhoff, 1972.
Hyperlink, http://www.geocities.com/museumgeologi.
Marks, P. “Geologi Sejarah” jilid IV. (Kursus BI tertulis: Ilmu Bumi). Bandung: Balai Pendidikan Guru, tanpa angka tahun.
_______, “Sratigrapic Lexicon ofr Indonesia”, Publikasi Keilmuan, No. 31. Yayasan geologi Bandung, tanpa angka tahun.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, jilid I, Jakarta: Balai Pustaka, 1992.
Sartono, S, “Genesis of Solo terraces”. Modern Quatemary Research in Southeast Asia, 2. 1975.
_______, “On Pleitocene migration routes of vertebrate fauna in Southeast Asia”. Gelo. Soc. Malaysia, 6, 1973.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar