Pendahuluan
Menurut ajaran
agama apapun, dinyatakan bahwa alam semesta termasuk bumi seisinya diciptakan
oleh Tuhan atas kuasa Nya. Namun demikian juga ternyata bahwa pada semua
ciptaan Nya itu Tuhan juga menciptakan atau menyediakan hukum-hukum alam
dari yang sangat sederhana sampai yang sangat komplek. Sementara itu manusia
yang oleh Tuhan dibekali dengan akal (rasio) secara sangat lamban dan
berangsur-angsur berhasil mengungkapkan rahasia hukum-hukum alam, yang sebagian
direkayasa untuk kepentingan atau mendukung kehidupan manusia agar menjadi
lebih nyaman dan sejahtera. Dalam hubungannya dengan hal ini, disamping ingin
mengetahui sejarah dirinya sendiri, manusia juga ingin mengetahui sejarah alam
semesta, yang salah satunya adalah sejarah geologi.
Dari hasil
penelitiannya melalui pengumpulan bukti-bukti peninggalan masa lalu, dan dengan
analisa secara kritis dan ilmiah, secara perlahan-lahan manusia mulai
berhasil membuka rahasia sejarah bumi, yang untuk sebagian bertolak belakang
dengan yang diterangkan dalam agama (Kristen). Namun demikian hal itu bukan
berarti semua apa yang diajarkan oleh agama mengenai sejarah (penciptaan) bumi
dan alam semesta itu salah, akan tetapi barangkali perlu pemahaman baru
(reinterpretasi) mengenai berbagai hal yang bersifat material dan yang secara
perlahan-lahan bisa dipehami secara rasional.
Demikianlah
menurut sejarah geologi bahwa bumi seisinya tercipta melalui jalan evolusi
milyaran tahun lamanya dari yang sangat sederhana (primitif atau purba) menjadi
seperti yang disaksikan manusia sekarang ini. Bahkan dengan menggunakan
tehnologi, manusia bisa mendeteksi dan akhirnya memanfaatkan benda-benda
mineral hasil evolusi untuk kepentingan umat manusia sepeti minyak, gas,
batubara dan sebagainya. Di Indonesia penelitian mengenai sejarah bumi telah
dilakukan sejak jaman penjajahan Belanda, dengan berbagai penemuan fosil-fosil
bebatuan, tanah, tumbuh-tumbuhan, binatan dan juga manusia yang disimpan di
bebagai museum.
Sejarah Bumi
Para ahli geologi
mempunyai hipotesa bahwa bumi kita telah terbentuk sekitar sekitar 4,6 milyar
tahun yang lalu bersamaan dengan planet-planet lain yang membentuk tatasurya
dengan matahari sebagai pusatnya. Menurut teori kabut (Nebula) pembentukan
sistem tata surya itu berlangsung dalam tiga tahap:
a. Matahari
dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan
besar
b. Kabut
tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat
lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi
lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut
sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
c. Materi-materi
tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur
mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan
Keluarga Matahari
Sementara itu
sejarah kehidupan di bumi baru dengan berbagai makhluk hidupnya diperkirakan
terjadi pada 3.500.000.000 tahun lalu dengan munculnya micro-organisma
sederhana yaitu bakteri dan ganggang. Kemudian pada 1.000.000.000 tahun lalu
baru muncul organisme bersel banyak. Baru pada sekitar 540.000.000 tahun yang
lalu kehidupan di bumi yang semakin komplek secara bertahap mulai berevousi.
Perkembangan tumbuhan diawali oleh Pteridofita (tumbuhan paku), Gimnosperma
(tumbuhan berujung) dan terakhir Angiosperma (tumbuhan berbunga). Sedangkan
perkembangan hewan dimulai dari invertebrata, ikan, amfibia, reptilia, burung
dan terakhir mamalia, kemudian terakhir kali muncul manusia.
Mengenai sejarah
perkembangan planet bumi kita ini, oleh para ahli sejarah dibagi menjadi 13
zaman secara berurutan yaitu sebagai berikut:
1. Zaman
Arkeozoikum (4,5 – 2,5 milyar tahun)
Arkeozoikum zaman
kehidupan purba, dan merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi
yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Batuan masa ini ditemukan di
beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton/perisai benua. Batuan tertua
tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga merupakan awal
terbentuknya Indrorfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitif di
dalam samudera berupa mikro-organisma (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang
telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur
kira-kira 3.500.000.000 tahun
2. Zaman
Proterozoikum (2,5 milyar - 290 juta tahun lalu)
Zaman Proterozoikum
bisa diartikan sebagai masa kehidupan awal merupakan awal terbentuknya
hidrosfer dan atmosfer. Pada zaman ini kehidupan mulai berkembang dari
organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes).
Bahkan pada menjelang masa akhir zaman ini telah telah berkembang organisme
lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-ubur, cacing dan
koral mulai muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai
fosil sejati pertama.
3. Zaman Kambrium
(590-500 juta tahun lalu)
Kambrium berasal
dari kata “Cambria” nama latin untuk daerah Wales, dimana batuan berumur
kambrium pertama kali ditemukan dan dipelajari. Pada zaman ini sudah banyak
bermunculan hewaninvertebrata yang hidup di lautan. Hewan-hewan zaman ini juga
sudah mempunyai kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung. Beberapa jenis
fosil yang telah ditemukan adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral, Moluska,
Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda (Trilobit)
Sebuah daratan
yang disebut Gondwana (benua kuna) merupakan cikal bakal Antartika, Afrika,
India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan Eropa, Amerika
Utara, dan Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang terpisah.
4. Zaman
Ordovisium (500 - 440 juta tahun lalu)
Ciri kehidupan
yang muncul pada Zaman Ordovisium ikan tanpa rahang (hewan bertulang belakang
paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul pertama kali
seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut),
Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona.
Meluapnya Samudra
dari Zaman Es merupakan bagian peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan
benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di antaranya
5. Zaman Silur
(440 - 410 juta tahun lalu)
Zaman silur merupakan
masa transisi kemunculan kehidupan dari air ke darat. Tumbuhan darat yang
pertama kali muncul terutama adalah Pteridofita (tumbuhan paku), sedangkan
Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup berburu di dalam laut. Ikan berahang
mulai muncul pada zaman ini dan banyak ikan mempunyai perisai tulang sebagai
pelindung. Selama zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi
Skandinavia, Skotlandia dan Pantai Amerika Utara
6. Zaman Devon
(410-360 juta tahun lalu)
Zaman Devon
merupakan zaman perkembangan besar-besaran jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan
berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam lautan. Pada
zaman ini transisi kehidupan hewan-hewan yang berpindah dari lautan ke ke
daratan masih terus berlanjut, sementarahewan Amfibi berkembang dan beranjak
menuju daratan. Disamping itu tumbuhan darat semakin berkembang dengan pesatnya
dan hewan serangga muncul untuk pertama kalinya. Sementara itu samudera
menyempit sementara, sedangkan benua Gondwana menutupi Eropa, Amerika Utara dan
Tanah Hijau.
7. Zaman Karbon
(360 - 290 juta tahun lalu)
Pada zaman ini
reptilia muncul untuk pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar
air, sementara serangga raksasa mulai bermunculan dan binatang ampibi
semakin meningkat dalam jumlahnya. Pepohonan juga mulai bermunculan, demikian
juga tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-rawa yang sekarang ini
telah membatu menjadi batubara. Sementara itu benua-benua di muka bumi menyatu
membentuk satu masa daratan yang disebut Pangea, dan mengalami perubahan
lingkungan yang menghasilkan berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara,
iklim tropis menghasilkan rawa-rawa secara besar-besaran dengan berbagai
tumbuhan yang sekarang ini tersimpan membatu menjadi batubara.
8. Zaman Perm
(290 -250 juta tahun lalu)
“Perm” adalah
nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia. Pada zaman ini hewan
reptilia berkembang pesat, munculk berbagai jenis serangga (modern)
, tumbuhan konifer dan Grikgo primitif. Namun demikian pada zaman ini
hewan ampibi menjadi kurang begitu berperan, dan terjadi kepunahan micsa, koral
dan ikan dalam skala besar, Tribolit.
Sementara itu
benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan
es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan
menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai
terbentuk di bagian utara bumi.
9. Zaman Trias
(250-210 juta tahun lalu)
Pada zaman ini
mulai bermunculan hewan Dinosaurus dan reptilia laut . Reptilia laut itu
menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont mulai berkembang.
Demikian juga Mamalia pertamapun mulai muncul zaman ini. Beberapa jenis
reptilia yang hidup di air antara lain termasuk penyu dan kura-kura. Jenis
tumbuhan yang berkembang pesat adalah tumbuhan sikada yang mirip dengan
pohon palem.
Sementara itu Benua
Pangea bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian selatan
mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pangea.
10. Zaman Jura
(210-140 juta tahun lalu)
Pada zaman ini
hewan reptilia berkembang pesat, akan tetapi hewan-hewan raksasa Dinosaurus lah
menguasai daratan, sedangkan Ichtiyosaurus berburu di dalam lautan dan
Pterosaurus merajai angkasa. Banyak dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar
biasa. Burung sejati pertama (Archeopterya) berevolusi dan banyak jenis buaya
berkembang. Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika
sedangkan Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan Australia.
11. Zaman Kapur
(140-65 juta tahun lalu)
Banyak dinosaurus
raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini. Mamalia berari-ari muncul
pertama kalinya. Pada akhir zaman ini Dinosaurus, Ichtiyosaurus, Pterosaurus,
Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit secara operlahan-lahan punah, sedangkan hewan
mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembangdengan berbagai bentuknya. Iklim
sedang mulai muncul, sedangkan India terlepas jauh dari Afrika menuju Asia
12. Zaman Tersier
(65 - 1,7 juta tahun lalu)
Pada zaman
tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan baru yaitu munculnya primata dan
burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna
laut sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip dengan fauna laut yang
hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman Tersier terus berevolusi menghasilkan
banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar, tumbuhan merambat dan rumput.
Selanjutnya antara zaman Tersier dan Kuarter, terjadi pkemunculan dan kepunahan
hewan dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global
13. Zaman Kuarter
(1,7 juta tahun lalu - sekarang)
Zaman Kuarter
terdiri dari kala (masa) Plestosen dan Holosen. Kala Plestosen mulai
sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu.
Sementara masa Holosen yang menyusulnya kemudian masih berlangsung sampai
sekarang. Pada kala Plestosen paling sedikit terjadi 5 kali zaman es (zaman
glasial). Pada zaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan Asia
bagian utara tertutup es, demikian juga untuk sebagian pegunungan Alpen,
pegunungan Cherpatia dan pegunungan Himalaya Di antara 4 zaman es ini terdapat
zaman Intra Glasial, yaitu munculnya iklim bumi lebih hangat. Di Jawa fosil
manusia purba (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus erectus)
muncul pada masa Plestosen, sementara manusia Modern yang mempunyai
peradaban baru muncul pada Kala Holosen. Flora dan fauna yang hidup pada kala
Plestosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang
Bumi
Indonesia
Dalam perjalanan evolusinya, bentuk permukaan
bumi selalu berubah-ubah. Hal itu disebabkan oleh berbagai peristiwa alam seperti gerakan pengankatan
(orogenesa), gerakan pengikisan (erosi), dan kegiatan gunung api. Orogenesa
mengakibatkan munculnya daratan-daratan baru yang berupa lapisan-lapisan tanah
terlipat, miring, berbukit-bukit, atau kerut-kerut. Sementara erosi yang
disebabkan oleh hujan, aliran sungai, hembusan angin, dan gletser bisa mengikis
tanah daratan dan pegunungan-pegunungan yang sudah ada. Kekuatan alam
semacam itu menggerakkan atau memindahkan berbagai macam batuan, kerikil,
pasir, lumpur atau debu dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih
rendah. Sementara letusan gunung berapi bisa menyemburkan bebatuan, kerikil,
lahar, laba dan abu ke daerah-daerah sekitarnya baik ke daratan rendah maupun
laut.
Pulau-pulau di
Indonesia diperkirakan terbentuk pada zaman Tersier (65 - 1,7 juta tahun lalu),
yang terbagi-bagi lagi menjadi zaman Miosen (12 juta tahun sebelum masehi);
Palaeosen ( 70 juta tahun sebelum masehi); Eosen (30 juta tahun sebelum
masehi); Oligasen (25 juta tahun sebelum masehi) dan selanjutnya. Namun
demikian secara fisik kepulauan di Indonesia pada kala itu masih labil, sebagai
akibat gerakan-gerakan bumi yaitu orogenesa (gerakan pengangkatan dan
penurunan, aktivitas gunung berapi, gempa bumi, erosi oleh aliran sungai,
angin, hujan dan sebagainya. Orogenesa ini pada suatu saat , yaitu zaman
tersier, mengakibatkan sebagian wilayah Indonesia diselimuti oleh laut
Kemudian pada
akhir zaman tersier terjadi lagi orogenesa yang mengakibatkan munculnya daratan-daratan
baru di Indonesia, yang semula tertutup laut. Disamping itu pada akhir jaman
tersier juga terjadi kegiatan vulkanisme besar yang memuntahkan
bebatuan, lava dan pasir yang mengisi bagian-bagian rendah (laut) di
sekitarnya sehinga menambah luasnya daratan-daratan yang sudah ada. Sehubungan
dengan datangnya orang-orang dari tanah daratan Asia maka kepulauan Indonesia
diperkirakan sudah ada pada zaman Plestosen (4 juta tahun sebelum masehi).
Pulau-pulau terbentuk sepanjang garis yang berpengaruh kuat antara perubahan
lempengan tektonik Australia dan Pasifik. Lempengan Australia berubah lambat
naik kedalam jalan kecil lempeng Pasifik, yang bergerak ke selatan, dan antara
garis-garis ini terbentanglah pulau-pulau Indonesia
Situasi
lingkungan fisik pada kala plestosen bentuk muka bumi masih labil atau
berubah-ubah sebagai akibat adanya gerakan endogen, eksogen maupun oleh
perubahan iklim. Akan tetapi hewan dan tunbuh-tumbuhan sudah hidup
merata di hampir seluruh muka bumi, sedangkan indikasi keberadaan manusia
baru di ketahui mendiami beberapa daerah seperti di Afrika, Eropa dan Asia.
Demikian juga di Indonesia pada kala itu, yaitu terjadinya perubahan
perubahan baik dari daratan menjadi lautan atau sebaliknya, sebagai akibat
gerakan pengangkatan dan penurunan (orogenesa). Pada kala Plestosen Jawa,
Sumatra dan Kalimantan masih menyatu (bergandengan) dengan daratan Asia
Tenggara, sedangkan untuk pulau-pulau lainnya di bagian Timur masih menyatu
dengan daratan Australia. Sesudah berakhirnya zaman glasial yang disebabkan
oleh naiknya suhu bumi, dan berakibat mencairnya daratan-daratan es, maka
terjadilah kenaikan permukaan laut yang memisahkan pulau-pulau yang satu dengan
yang lain atau dengan benua induknya. Jawa dan Sumatra misalnya terpisah dengan
Asia, demikian juga Papua terpisah dengan Australia..
Dengan banyak
gungung berapi di Indonesia, membuat wilayah ini sebagai salah satu negara
yang paling banyak berubah wilayah geologinya di dunia. Pegunungan-pegunungan
yang berada di pulau-pulau Indonesia terdiri lebih dari 400 gunung berapi,
dimana 100 diantaranya masih aktif. Indonesia mengalami tiga kali getaran dalam
sehari, gempa bumi sedikitnya satu kali dalam sehari dan sedikitnya satu kali
letusan gunung berapi dalam setahun.Khusus pulau Jawa yang merupakan pulau
vulkanis,kegiatan gunung berapi lebih merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kontur pulau tersebut, disamping erosi dan orogenesa. Hujan lebat yang terjadi
pada kala plestosen menimbulnya banyak sungai-sungai besar, yang mengangkut
bebatuan, kerikil pasir, lumpur. Sedimentasi atau pengendapan yang terjadi
terus-menerus menimbulkan dataran-dataran rendah atau delta-delta di sekitar
gumung-gunung atau daerah-daerah pegunungan.
Dari sisi ilmu
geologi arkeologi, erosi yang ditimbulkan oleh sungai-sungai
besar ternyata menyediakan lahan penelitian, karena erosi itu ternyata
menyingkap lapisan-lapisan tanah pada zaman plestosen. Sebagai contoh, sebagai
akibat erosi oleh sungai Bengawan Solo, dapat ditemukan sisa-sisa kehidupan
kala plestosen di Jawa, yaitu temuan di Trinil (Ngawi) dan Ngandong (kabupaten
Blora). Sewlain bisa menunjukkan sisa-sisa kehidupan purba, erosi oleh
sungai-sungai dan hujan juga memberikan petunjuk adanya bermacam-macam
lapisan tanah yang terjadi sebagai akibat peristiwa-peristiwa alam di mas
lampau. Namun demikian pada sisi lain berbagai material yang dibawa oleh
sungai-sungai juga mengakibatkan tertutupnya selat atau rawa yang dangkal.
Sebagai contoh kota Semarang bawah dulunya merupakan laut dengan beberapa
pulau kecilnya, yang salah satu di antaranya adalah pulau Tirang. Kemudian
Jepara dulunya juga terpisah dengan pulau Jawa. Aktivitas vulkanik pada kala
plestosen ternyata juga bisa mengakibatkan terbentuknya danau, karena
terbendungnya sungai atau laut oleh letusan gunung berapi. Danau juga bisa
terjadi dari kawah besar bekas letusan gunung berapi, seperti danau Batur di
Bali.
Seperti telah
disebutkan di muka bahwa pada kala Plestosen di Jawa telah ditemukan manusia
purba yaitu Pithecanthropus erectus pada masa sekitar 500.000
tahun yang lalu, yang menandai zaman prasejarah Indonesia. Fosil manusia Jawa
itu ditemukan oleh Eugène Dubois di Trinil pada
tahun 1891 . Nama Pithecanthropus erectus sendiri
berasal dari akar bahasa Yunani dan latin dan memiliki artimanusia-kera yang dapat
berdiri.Memang menurut para ahli sejarah geologi, bahwa wilayah Indonesia modern muncul kira-kira sekitar masa Pleistocene (Plestosen). Pada masa itu kepulauan
Indonesia masih terhubung dengan Asia Daratan.
Dengan demikian bisa diperkirakan bahwa pemukim pertama wilayah tersebut
adalah manusia Jawa . Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini
terbentuk pada saat melelehnya es setelah
berakhirnya Zaman Es .
Penutup
Bumi Indonesia
dengan segala isinya merupakan bagian dari planet bumi yang tercipta melalui
evolusi sejarah sejak milyaran tahun yang lalu. Dari hasil penemuan fosil-fosil
yang merupakan sisa-sisa bukti kehidupan masa lalu, menunjukkan bahwa bumi
Indonesia dan seisinya bukanlah lebih muda dibandingkan dengan bagian belahan
bumi lainnya. Demikian juga manusia purba dan kebudayaan kuna di Indonesia
bukan merupakan cabang atau subordinasi dari manusia atau kebudayaan bangsa
lain, akan tetapi memang telah berkembang melalui proses evolusi yang sangat
lama. Artinya bahwa di masa lalu bangsa atau penduduk yang merupakan nenek
moyang bangsa Indonesia itu pada jaman prasejarah dan jaman sejarah
prakoloinial bukanlah merupakan bangsa yang tertinggal dibandingkan dengan
bangsa-bangsa lain. Dapat dikatakan pula bahwa Tuhan tidak menciptakan bumi,
tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia Indonesia itu lebih rendah daripada yang
lain. Akan tetapi yang bisa disaksikan sekarang ini, bangsa Indonesia
memang tertinggal baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi serta
kesejahteraan masyarakatnya, jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain,
khususnya dengan beberapa bangsa Eropa, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan
sebaginya. Hal itulah yang sebaiknya menjadi renungan pemegang kekuasaan agar
bisa memanfaatkan secara optimal para ilmuwan Indonesia untuk melakukan
penelitian-penelitian dan rekayasa ilmuah untuk kemajuan dan kesejahteraan
bangsa.
Daftar Pustaka
Bemmelen, R.W.,
1941, Geologische Kaart van Java, toelichting bij de bladen 73 (Semarang) en 74
(Ungaran), dienst van de Mijnbouw in Nederlandsch Indie, ,Den Haag: W.P. van
Stockum en Zoon.
Bordes, F. The Old stone age.
London, World University Library, 1968.
Fairservis, W.A. The Origins of
Oriental Civilization (Asal-usul Peradaban Timur). (terjemahan oleh Anwar), Jakarta: P.T.
Kinta, tanpa angka tahun.
Heekeren H.R. van, “The Stone Age of
Indonesia”, dalam Verhandelingen KITLV, LXI. The Hague: Martinus
Nijhoff, 1972.
Hyperlink, http://www.geocities.com/museumgeologi.
Marks, P.
“Geologi Sejarah” jilid IV. (Kursus BI tertulis: Ilmu Bumi). Bandung: Balai
Pendidikan Guru, tanpa angka tahun.
_______, “Sratigrapic Lexicon ofr Indonesia”,
Publikasi Keilmuan, No. 31. Yayasan geologi Bandung, tanpa angka tahun.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, jilid I, Jakarta: Balai
Pustaka, 1992.
Sartono, S, “Genesis of Solo terraces”. Modern
Quatemary Research in Southeast Asia, 2. 1975.
_______, “On Pleitocene migration routes of
vertebrate fauna in Southeast Asia”. Gelo. Soc. Malaysia, 6, 1973.